kastil candy dan air mata
开始创建博文…Berkshire adalah county di selatan Inggris, dekat London. Berkshire terkenal dengan pemandangan pedesaannya yang indah dan kaya akan sejarah, terutama Windsor Castle, tempat tinggal kerajaan Inggris. Kata "county" berasal dari bahasa Latin, yang berarti "wilayah administratif" dalam suatu negara. Di wilayah pedesaan kecil yang menawan inilah cerita ini dimulai.
Sebuah keluarga kecil untuk pertama kalinya menempati rumah baru mereka. Rumah itu berdiri anggun dengan segala kemewahannya. Beruntung, setidaknya itulah yang James pikirkan. Tugas kerjanya di luar kota membuat keluarganya mendapatkan fasilitas rumah mewah yang sebelumnya tak mampu James bayangkan. Namun, kini ia dapat merasakannya.
James sibuk dengan pekerjaannya, sementara Zoya, sang istri, kewalahan mengatur semua barang bawaan. Kedua anak mereka, Loui dan Ananta, yang berusia 10 dan 8 tahun, justru sibuk menjelajahi setiap inci rumah baru mereka. Setiap furnitur yang mengkilat dan futuristik seakan mengundang langkah kedua adik-kakak itu untuk terus melangkah semakin dalam ke dalam ruangan-ruangan.
Kedua adik-kakak berambut pirang itu berlarian jahil hingga sang adik, Loui, berakhir menabrak sebuah lemari.
"Aauuh!" Loui merintih kesakitan. Ananta berjongkok di samping adiknya. "Kau tidak apa-apa?"
Belum sempat Loui menjawab, terdengar suara derit kayu. Kakak-beradik itu menatap lemari besar di hadapan mereka. Perlahan, pintunya mulai terbuka. Mereka tercengang, sesaat kemudian terpana melihat sebuah gaun berwarna kuning dengan hiasan manik-manik dan rumbai-rumbai.
"Wow, ini cantik sekali!" seru Ananta.
Ananta bermaksud meraih gaun itu, namun Loui langsung merebutnya. "Ini untukku! Aku yang menabrak lemari hingga kita menemukannya, jadi gaun ini untukku!" ucapnya dengan nada menang, seakan lupa jika sesaat yang lalu ia merintih kesakitan.
Pertengkaran kakak-beradik itu sukses mengundang Zoya dan James untuk mendekat. Mereka mencoba meredakan pertengkaran kedua putri cantiknya yang rupanya memperebutkan sebuah gaun. Bahkan mereka berdua tidak tahu itu gaun siapa.
"Sudah! Hentikan pertengkaran kalian. Gaun itu bukan untuk Kakak ataupun Adik. Kita tidak tahu itu milik siapa, jadi biarkan gaun itu tetap di tempatnya," tegas Zoya. Ia berusaha menanamkan pada putri-putrinya bahwa kita tidak berhak mengambil apa yang bukan milik kita.
Wajah Ananta dan Loui berubah muram, terutama Loui yang terlihat begitu kesal dengan bibirnya yang cemberut. Gadis berusia 8 tahun dengan mata biru itu menatap ayahnya dengan tatapan memohon, seolah berkata, "Biarkan gaun ini menjadi milikku."
Seolah mengerti permintaan sang putri bungsu, James menggeleng pelan. "Tidak, Sayang. Letakkan kembali gaun itu di tempatnya."
Gadis kecil itu mengalihkan pandangannya kepada ibunya yang bersedekap dada di depannya sembari mengangguk. Seolah menegaskan jika keputusannya tidak bisa ditawar.
Loui pun menaruh kembali gaun itu dengan berat hati. Zoya menutup lemari besar dengan ukiran bunga-bunga itu hingga kembali terdengar suara derit kayu dari sana, bersamaan dengan pintu lemari yang tertutup rapat. Debu-debu sedikit beterbangan bersama udara.
Sejak saat itu, Loui tidak bisa berhenti memikirkan gaun kuning. Ingatan akan gaun yang indah dan bayangan dirinya mengenakan gaun itu terus menari-nari dalam pikirannya.
Hingga pada saat kedua orang tuanya mengajak dirinya dan sang kakak untuk menghadiri pertemuan bersama relasi kerja sang ayah, Loui justru berdalih jika ia teramat sangat mengantuk. Hal itu dilakukannya agar ia bisa tinggal di rumah dan menuntaskan rasa penasarannya pada gaun kuning di balik lemari.
Ananta membujuk sang adik untuk tetap ikut dengan mengatakan jika Loui bisa tidur di mobil. Tetapi Loui justru menolak. "Aku tidak akan bisa tidur nyenyak jika dalam perjalanan."
"Sudahlah, Sayang, biarkan adikmu istirahat," kata Zoya.
Zoya merangkul putri sulungnya kemudian mengecup kening sang putri bungsu. "Tidurlah. Kami tidak akan lama," ucapnya sembari mengusap pucuk kepala Loui dengan sayang. Ibu dan anak itu pun menyusul sang ayah yang sudah menanti di ambang pintu. Saat suara deru mobil terdengar menjauh, Loui bersorak girang, "Yes!"
Dengan diselimuti rasa takut, karena suasana rumah yang mendadak sepi, Loui mencoba memberanikan dirinya untuk berjalan ke arah lemari, tempat gaun itu disimpan.Perlahan, ia menarik pegangan lemari yang terbuat dari besi dengan hiasan bintang di bagian ujungnya.
Lemari itu pun berderit dan mulai memperlihatkan isinya yang hanya terdapat gaun kuning yang begitu di dambakan Loui.
Gadis kecil itu meraih dan memakai gaun yang ia anggap cantik dengan tidak sabar.
Ia begitu senang ketika melihat bayangan dirinya di cermin. Putri bungsu James dan Zoya itu memang terlihat sangat cantik. Kulitnya yang putih bersih sangat kontras dengan gaun berwarna kuning cerah yang kini sudah membalut tubuhnya.
Ia berputar-putar dengan senang. Gerakan itu tak sengaja membuatnya terpeleset dan diperburuk kakinya yang terbelit gaun, sehingga Lowi tak mampu mempertahankan keseimbangan. Gadis itu pun terhuyung ke belakang dan kepalanya membentur gagang lemari tepat di bagian ujung hiasan berbentuk bintang yang runcing.
Benturan keras itu berhasil melukai kepala bagian belakangnya. Darah merembes keluar, membanjiri gaun berwarna cerah itu.
Pandangan matanya mengabur, menyisakan gelap yang seakan membawa seluruh rasa sakitnya. Gadis kecil itu mengerjap. Loui membelalakkan matanya mendapati dirinya terbaring di hamparan taman bunga yang luas, di bawah langit biru cerah yang berkilauan.
Di atas sana, tampak sebuah kastil yang megah dan mempesona. Kastil itu terbuat dari permen warna-warni, dengan menara menjulang yang terbuat dari cokelat batang. Menara itu berkilauan, menawarkan rasa manis yang nampak menjanjikan. Di sekelilingnya terdapat pepohonan dengan berbagai macam kue manis sebagai buahnya. Jembatan-jembatan terbuat dari waffle dan biskuit nampak menghubungkan setiap bagian kastil. Di atasnya, permen kapas yang lembut berterbangan, menebarkan aroma manis yang memenuhi seluruh udara.
Loui melihat dua belas gadis kecil menunggangi kuda bersayap emas terbang menuju kastil itu. Namun, wajah mereka terlihat pucat dan sedih, seakan senyuman telah lama hilang dari wajah mereka.
Dalam kebingungan dan rasa penasarannya yang begitu besar, Loui dikejutkan dengan suara seorang wanita. "Selamat datang di Kastil Candy!"
Loui menoleh ke belakang, mendapati seorang wanita dewasa mengenakan jubah berwarna hitam dengan mahkota berbentuk garpu yang menghiasi kepalanya. Wanita itu meraih tangan Loui yang terdiam menatapnya heran. Diajaknya Loui mendekati sebuah danau yang airnya jernih dan berkilauan seperti kristal. Mereka menaiki jembatan berwarna merah yang terbentang menghubungkan kedua tepian. Sesampainya di tepi, wanita itu langsung memberikan Loui suatu pilihan, yakni obat sirup dan permen lolipop.
"Gadis kecil, pilihlah salah satu di antaranya. Tapi ingat, yang terlihat menyenangkan menurutmu belum tentu baik untukmu. Aku sarankan kau memilih obat sirup ini. Kau bisa menyimpannya untuk mengingatkan akan pentingnya menjaga kesehatan," ucapnya dengan nada lembut. Namun, Loui tak mengindahkannya. Di mata gadis itu, permen lolipop yang memiliki corak warna-warni terlihat sangat menarik. Apalagi jika ia harus dibandingkan dengan obat sirup yang tentunya pasti pahit.
"Aku pilih lolipop!" Loui tanpa ragu mengatakannya.
Wanita itu bertepuk tangan, ia menjentikkan jari dan seketika muncullah dua orang kurcaci di samping kanan dan samping kirinya. "Ternyata kau tetap tak berubah, tak mau mendengarkan nasehat siapa pun. Padahal itu baik untukmu. Bawalah gadis itu ke tempat seharusnya dia berada."
Setelah perintah itu, kedua kurcaci langsung membawa tubuh Loui ke Istana Candy. Di sana, Loui bertemu dengan kerumunan gadis kecil yang menunggangi kuda terbang yang tadi dilihatnya. Para gadis-gadis kecil itu makan permen dengan isakan dan berlinang air mata. Ada seorang wanita yang mengenakan mahkota berbentuk lolipop yang mengawasi mereka.
"Oh, ternyata kita kedatangan anggota baru. Kemarilah, makan permen-permen ini dan jangan berhenti jika kau tidak ingin aku melemparkanmu ke Istana Badut!" Wanita itu menjentikkan jarinya dan memperlihatkan sebuah gambaran Istana Badut yang dikelilingi dengan badut-badut yang menyeramkan. Ada yang bertanduk, ada yang bergigi runcing, ada yang bola matanya berwarna hitam, ada yang jalannya merangkak, dan ada juga yang jalannya loncat. Loui dan semua gadis-gadis di sana menjerit histeris.
Sedangkan di dunia yang lain, keluarga Loui menangis terisak. Karena, dalam upayanya membawa Lowi ke rumah sakit, putri bungsu dari pasangan James dan Zoya itu menyerah dengan pertarungannya melawan hidup dan mati. Lowi menghembuskan nafas terakhir dalam pangkuan sang ibu.
Tamat.
Marisda elsawati:Bandung, 10-3-2025.
Sebuah keluarga kecil untuk pertama kalinya menempati rumah baru mereka. Rumah itu berdiri anggun dengan segala kemewahannya. Beruntung, setidaknya itulah yang James pikirkan. Tugas kerjanya di luar kota membuat keluarganya mendapatkan fasilitas rumah mewah yang sebelumnya tak mampu James bayangkan. Namun, kini ia dapat merasakannya.
James sibuk dengan pekerjaannya, sementara Zoya, sang istri, kewalahan mengatur semua barang bawaan. Kedua anak mereka, Loui dan Ananta, yang berusia 10 dan 8 tahun, justru sibuk menjelajahi setiap inci rumah baru mereka. Setiap furnitur yang mengkilat dan futuristik seakan mengundang langkah kedua adik-kakak itu untuk terus melangkah semakin dalam ke dalam ruangan-ruangan.
Kedua adik-kakak berambut pirang itu berlarian jahil hingga sang adik, Loui, berakhir menabrak sebuah lemari.
"Aauuh!" Loui merintih kesakitan. Ananta berjongkok di samping adiknya. "Kau tidak apa-apa?"
Belum sempat Loui menjawab, terdengar suara derit kayu. Kakak-beradik itu menatap lemari besar di hadapan mereka. Perlahan, pintunya mulai terbuka. Mereka tercengang, sesaat kemudian terpana melihat sebuah gaun berwarna kuning dengan hiasan manik-manik dan rumbai-rumbai.
"Wow, ini cantik sekali!" seru Ananta.
Ananta bermaksud meraih gaun itu, namun Loui langsung merebutnya. "Ini untukku! Aku yang menabrak lemari hingga kita menemukannya, jadi gaun ini untukku!" ucapnya dengan nada menang, seakan lupa jika sesaat yang lalu ia merintih kesakitan.
Pertengkaran kakak-beradik itu sukses mengundang Zoya dan James untuk mendekat. Mereka mencoba meredakan pertengkaran kedua putri cantiknya yang rupanya memperebutkan sebuah gaun. Bahkan mereka berdua tidak tahu itu gaun siapa.
"Sudah! Hentikan pertengkaran kalian. Gaun itu bukan untuk Kakak ataupun Adik. Kita tidak tahu itu milik siapa, jadi biarkan gaun itu tetap di tempatnya," tegas Zoya. Ia berusaha menanamkan pada putri-putrinya bahwa kita tidak berhak mengambil apa yang bukan milik kita.
Wajah Ananta dan Loui berubah muram, terutama Loui yang terlihat begitu kesal dengan bibirnya yang cemberut. Gadis berusia 8 tahun dengan mata biru itu menatap ayahnya dengan tatapan memohon, seolah berkata, "Biarkan gaun ini menjadi milikku."
Seolah mengerti permintaan sang putri bungsu, James menggeleng pelan. "Tidak, Sayang. Letakkan kembali gaun itu di tempatnya."
Gadis kecil itu mengalihkan pandangannya kepada ibunya yang bersedekap dada di depannya sembari mengangguk. Seolah menegaskan jika keputusannya tidak bisa ditawar.
Loui pun menaruh kembali gaun itu dengan berat hati. Zoya menutup lemari besar dengan ukiran bunga-bunga itu hingga kembali terdengar suara derit kayu dari sana, bersamaan dengan pintu lemari yang tertutup rapat. Debu-debu sedikit beterbangan bersama udara.
Sejak saat itu, Loui tidak bisa berhenti memikirkan gaun kuning. Ingatan akan gaun yang indah dan bayangan dirinya mengenakan gaun itu terus menari-nari dalam pikirannya.
Hingga pada saat kedua orang tuanya mengajak dirinya dan sang kakak untuk menghadiri pertemuan bersama relasi kerja sang ayah, Loui justru berdalih jika ia teramat sangat mengantuk. Hal itu dilakukannya agar ia bisa tinggal di rumah dan menuntaskan rasa penasarannya pada gaun kuning di balik lemari.
Ananta membujuk sang adik untuk tetap ikut dengan mengatakan jika Loui bisa tidur di mobil. Tetapi Loui justru menolak. "Aku tidak akan bisa tidur nyenyak jika dalam perjalanan."
"Sudahlah, Sayang, biarkan adikmu istirahat," kata Zoya.
Zoya merangkul putri sulungnya kemudian mengecup kening sang putri bungsu. "Tidurlah. Kami tidak akan lama," ucapnya sembari mengusap pucuk kepala Loui dengan sayang. Ibu dan anak itu pun menyusul sang ayah yang sudah menanti di ambang pintu. Saat suara deru mobil terdengar menjauh, Loui bersorak girang, "Yes!"
Dengan diselimuti rasa takut, karena suasana rumah yang mendadak sepi, Loui mencoba memberanikan dirinya untuk berjalan ke arah lemari, tempat gaun itu disimpan.Perlahan, ia menarik pegangan lemari yang terbuat dari besi dengan hiasan bintang di bagian ujungnya.
Lemari itu pun berderit dan mulai memperlihatkan isinya yang hanya terdapat gaun kuning yang begitu di dambakan Loui.
Gadis kecil itu meraih dan memakai gaun yang ia anggap cantik dengan tidak sabar.
Ia begitu senang ketika melihat bayangan dirinya di cermin. Putri bungsu James dan Zoya itu memang terlihat sangat cantik. Kulitnya yang putih bersih sangat kontras dengan gaun berwarna kuning cerah yang kini sudah membalut tubuhnya.
Ia berputar-putar dengan senang. Gerakan itu tak sengaja membuatnya terpeleset dan diperburuk kakinya yang terbelit gaun, sehingga Lowi tak mampu mempertahankan keseimbangan. Gadis itu pun terhuyung ke belakang dan kepalanya membentur gagang lemari tepat di bagian ujung hiasan berbentuk bintang yang runcing.
Benturan keras itu berhasil melukai kepala bagian belakangnya. Darah merembes keluar, membanjiri gaun berwarna cerah itu.
Pandangan matanya mengabur, menyisakan gelap yang seakan membawa seluruh rasa sakitnya. Gadis kecil itu mengerjap. Loui membelalakkan matanya mendapati dirinya terbaring di hamparan taman bunga yang luas, di bawah langit biru cerah yang berkilauan.
Di atas sana, tampak sebuah kastil yang megah dan mempesona. Kastil itu terbuat dari permen warna-warni, dengan menara menjulang yang terbuat dari cokelat batang. Menara itu berkilauan, menawarkan rasa manis yang nampak menjanjikan. Di sekelilingnya terdapat pepohonan dengan berbagai macam kue manis sebagai buahnya. Jembatan-jembatan terbuat dari waffle dan biskuit nampak menghubungkan setiap bagian kastil. Di atasnya, permen kapas yang lembut berterbangan, menebarkan aroma manis yang memenuhi seluruh udara.
Loui melihat dua belas gadis kecil menunggangi kuda bersayap emas terbang menuju kastil itu. Namun, wajah mereka terlihat pucat dan sedih, seakan senyuman telah lama hilang dari wajah mereka.
Dalam kebingungan dan rasa penasarannya yang begitu besar, Loui dikejutkan dengan suara seorang wanita. "Selamat datang di Kastil Candy!"
Loui menoleh ke belakang, mendapati seorang wanita dewasa mengenakan jubah berwarna hitam dengan mahkota berbentuk garpu yang menghiasi kepalanya. Wanita itu meraih tangan Loui yang terdiam menatapnya heran. Diajaknya Loui mendekati sebuah danau yang airnya jernih dan berkilauan seperti kristal. Mereka menaiki jembatan berwarna merah yang terbentang menghubungkan kedua tepian. Sesampainya di tepi, wanita itu langsung memberikan Loui suatu pilihan, yakni obat sirup dan permen lolipop.
"Gadis kecil, pilihlah salah satu di antaranya. Tapi ingat, yang terlihat menyenangkan menurutmu belum tentu baik untukmu. Aku sarankan kau memilih obat sirup ini. Kau bisa menyimpannya untuk mengingatkan akan pentingnya menjaga kesehatan," ucapnya dengan nada lembut. Namun, Loui tak mengindahkannya. Di mata gadis itu, permen lolipop yang memiliki corak warna-warni terlihat sangat menarik. Apalagi jika ia harus dibandingkan dengan obat sirup yang tentunya pasti pahit.
"Aku pilih lolipop!" Loui tanpa ragu mengatakannya.
Wanita itu bertepuk tangan, ia menjentikkan jari dan seketika muncullah dua orang kurcaci di samping kanan dan samping kirinya. "Ternyata kau tetap tak berubah, tak mau mendengarkan nasehat siapa pun. Padahal itu baik untukmu. Bawalah gadis itu ke tempat seharusnya dia berada."
Setelah perintah itu, kedua kurcaci langsung membawa tubuh Loui ke Istana Candy. Di sana, Loui bertemu dengan kerumunan gadis kecil yang menunggangi kuda terbang yang tadi dilihatnya. Para gadis-gadis kecil itu makan permen dengan isakan dan berlinang air mata. Ada seorang wanita yang mengenakan mahkota berbentuk lolipop yang mengawasi mereka.
"Oh, ternyata kita kedatangan anggota baru. Kemarilah, makan permen-permen ini dan jangan berhenti jika kau tidak ingin aku melemparkanmu ke Istana Badut!" Wanita itu menjentikkan jarinya dan memperlihatkan sebuah gambaran Istana Badut yang dikelilingi dengan badut-badut yang menyeramkan. Ada yang bertanduk, ada yang bergigi runcing, ada yang bola matanya berwarna hitam, ada yang jalannya merangkak, dan ada juga yang jalannya loncat. Loui dan semua gadis-gadis di sana menjerit histeris.
Sedangkan di dunia yang lain, keluarga Loui menangis terisak. Karena, dalam upayanya membawa Lowi ke rumah sakit, putri bungsu dari pasangan James dan Zoya itu menyerah dengan pertarungannya melawan hidup dan mati. Lowi menghembuskan nafas terakhir dalam pangkuan sang ibu.
Tamat.
Marisda elsawati:Bandung, 10-3-2025.
Komentar
Posting Komentar
Hai guys! Gimana pengalaman membaca kalian? Yuk, sharing di kolom komentar dengan bahasa yang membangun yaa. Masukkan saran hingga dukungan dari kalian; membantu aku menghasilkan tulisan lebih baik lagi.